Setelah
dirasa semua cukup dan siap, maka berangkatlah Raja Zulkarnaen dan Nabi Khidir
as yang berjalan di depan pasukan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka
mengetahui tempat terbitnya matahari.
Mereka pun menuju arah terbitnya
matahari tersebut.
Perjalanan ke temnpat tujuan tersebut
memakan waktu 12 tahun lamanya untuk sampai di bumi yang gelap itu. Gelapnya
bukanlah seperti di waktu malam hari, melainkan gelap karena ada pancaran
seperti asap.
Raja
Zulkarnaen sudah tak sabar lagi hendak masuk ke tempat gelap itu, namun salah
seorang cendikiawan mencegahnya. Para tentara berkata kepada raja, “Wahai
Baginda, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat
gelap ini, karena tempat yang gelap ini berbahaya.” “Wahai prajurit, kita harus
memasukinya, tidak boleh tidak,” sanggah sang raja.
Karena raja bersikeras hendak masuk,
maka tak ada seorang pun yang berani melarangnya. “Diamlah dan tunggulah kalian
di sini selama 12 tahun. Jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa itu,
maka kedatanganku terhadap kalian termasuk baik. Dan jika aku tidak datang
dalam 12 tahun, maka pulanglah kalian kemabli ke negeri kalian,” ujar sang
raja.
Setelah itu raja mendekat dan
bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apabila kita melewati tempat gelap ini,
apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita?” “Tidak bisa kelihatan” jawab
Malaikat Rofa’il.
“Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau
mutiara. Jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara itu dapat menjerit dengan
suara yang keras, dengan demikian kawan-kawan kalian yang tersesat jalan dapat
kembali kepada kalian,” jelas Malaikat Rofa’il lebih lanjut.